ا بو مسلم احمد ا رمضاني ا سلفي

Istiqomah Diatas Al Qur’an dan Sunah Dengan Pemahaman Salafus Shalih

  • Al Qur’an Online

    al quran Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)
  • Al Hadist

    Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : Berpegang teguhlah pada Jama'ah Muslimin dan imamnya. Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama'ah maupun imamnya ? Beliau bersabda : Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu". (HR. Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)
  • Nasihat Salaf

    “Sabarkanlah dirimu di atas As-Sunnah, berhentilah dimana kaum itu berhenti, katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya, dan ikutilah jalan salaf-mu yang shalih, karena akan melapangkan kamu apa yang melapangkan mereka!” (Riwayat Al-Lalika’iy, Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal-Jama’ah no.315 1/154; Abu Nu’aim 6/143; Al-Ajuriy, Asy-Syari’ah; Al-Khathib Al-Baghdadiy, Syarf Ash-habil Hadits) _______________________________ “Ingatlah, janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian ber-taqlid kepada seseorang akan Dien-nya! Dimana bila orang itu beriman dia ikut beriman, bila orang itu kafir dia ikut kafir. Maka jika kalian pasti ingin berteladan, maka tauladani-lah dari orang yang telah mati . Karena sesungguhnya orang masih hidup tidak aman dari fitnah.” (Riwayat Al-Lalika’iy, Syarhu Ushul I’tiqad Ahlis-Sunnah Wal-Jama’ah no.130 1/93; Ibnu Hazm, dalam Al-Ihkam Fii Ushulil-Ahkam 6/255)
  • Komentar terbaru

    Muhammad Yamani Luth… pada Bagaimanakah kita diciptakan…
    Muhammad Syukron pada Antara Ahlus Sunnah Dan Salafi…
    indri pada Jalan Berliku Menuju Kebenaran…
    tudge pada Hukum Memenuhi Undangan
    mosleh pada Sholat Mata Terpejam
    wafa pada Hukum Menghormati Bendera Dan…
    Opit pada Sholat Mata Terpejam
    Abu Abdirrahman bin… pada Dan Aku pun Dituduh Wahab…
  • Pengunjung

    • 55.700 Kali
  • Yang Online

  • RSS bukansiapasiapa

    • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
  • Khusus Admin

Al-Awwal dan Al-Akhir

Posted by muslim ahmadi arramadhaniy pada Januari 1, 2007

 

Di antara Al-Asma`ul Husna (nama-nama Allah yang sangat baik) adalah Al-Awwal (ْلأَوَّلُ) dan Al-Akhir (اْلآخِرُ) sebagaimana termaktub dalam firman Allah berikut ini:

هُوَ اْلأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid: 3)
Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus keterangan beliau tentang maknanya, berikut ini:
Suhail mengatakan: “Dahulu Abu Shalih memerintahkan kami apabila seseorang di antara kami hendak tidur agar berbaring di atas sisi kanannya, lalu mengucapkan:

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ اْلأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةَ وَاْلإِنْجِيْلَ وَالْفُرْقَانَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

“Ya Allah Rabb sekalian langit dan bumi dan Rabb ‘Arsy yang agung Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Yang menurunkan Taurat, Injil dan Al-Qur`an, Aku berlindung dari kejahatan segala sesuatu yang Engkaulah yang menguasai ubun-ubunnya. Ya Allah engkaulah Al-Awwal yang tiada sesuatu sebelum-Mu, dan engkaulah Al-Akhir yang tiada sesuatu setelah-Mu, Engkaulah Yang Zhahir Yang tiada sesuatu di atas-Mu dan engkau Al-Bathin, tiada yang lebih dekat dari-Mu sesuatupun, lunasilah hutang kami dan cukupilah kami dari kefakiran.” Dan Abu Shalih meriwayatkan ini dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Shahih, HR. Muslim no. 2713)
Makna Al-Awwal adalah Dzat yang tiada sesuatu sebelum-Nya, sehingga nama ini menunjukkan kedahuluan Allah. Dan kedahuluan Allah itu bersifat mutlak bukan kedahuluan yang relatif (nisbi), semacam bila dikatakan: Ini lebih awal dibanding yang setelahnya, dan ada yang lain sebelumnya. Sehingga nama Allah Al-Awwal menunjukkan bahwa segala sesuatu selain-Nya baru ada setelah sebelumnya tiada.
Hal ini menuntut seorang hamba agar memerhatikan keutamaan Rabbnya dalam setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, di mana sebab dan musababnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Makna Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelah-Nya. Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ini menunjukkan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Dia merupakan tujuan dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepada-Nya dengan ibadah, harapan, rasa takut dan seluruh keperluan mereka.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu mengatakan: “Dan janganlah dipahami bahwa ini menunjukkan batasakhir-Nya. Ka rena ada juga hal-hal yang abadi (lainnya) namun berupa makhluk, seperti al-jannah (surga) dan an-nar (neraka). Atas dasar itu, maka Al-Akhir mengandung makna bahwa Ia meliputi segala sesuatu, tiada kesudahan bagi keakhiran-Nya.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan: “Perhatikanlah makna-makna yang agung ini yang menunjukkan keesaan Rabb Yang Maha Agung dalam hal kesempurnaan dan liputan-Nya yang mutlak. Baik yang berkaitan dengan liputan waktu, yaitu pada nama-Nya Al-Awwal dan Al-Akhir, maupun yang berkaitan dengan tempat yaitu pada nama-Nya Azh-Zhahir dan Al-Bathin.
Ibnul Qayyim menjelaskan:
Keawalan Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahului keawalan segala sesuatu dan keakhiran-Nya tetap setelah keakhiran segala sesuatu. Sehingga makna keawalan-Nya adalah kedahuluan-Nya atas segala sesuatu, dan makna keakhiran-Nya adalah kekekalan-Nya setelah segala sesuatu… Poros empat nama ini adalah pada makna liputan, yaitu dua liputan, yang berkaitan dengan waktu dan tempat… Maka segala yang mendahului, itu berakhir pada kedahuluan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan segala yang berakhir maka kembali kepada keakhiran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga dua nama tersebut meliputi segala sesuatu yang awal dan akhir… Tiada sesuatu yang awal melainkan Allah mendahuluinya dan tiada sesuatu yang akhir melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala setelahnya. Sehingga Al-Awwal artinya kedahuluan-Nya dan Al-Akhir artinya keabadian-Nya….” (Thariqul Hijratain hal. 27)

Konsekuensi Keimanan Hamba Terhadap Nama Al-Awwal dan Al-Akhir
Pada jiwa seseorang, dua nama tersebut akan menimbulkan pengaruh sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullahu: “Manakala seorang hamba mengimani nama tersebut, maka perhatikanlah buah ibadah dari dua nama ini dan bagaimana keduanya mengharuskan pasrah yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, serta membuahkan rasa butuh yang terus menerus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa selain-Nya, dan bahwa semua urusan bermula dari-Nya dan kembali kepada-Nya….” (Thariqul Hijratain, hal. 20)

Sumber Bacaan:
– Shifatullah Al-Waridah fil Kitabi was Sunnah
– Syarh Al-Wasithiyyah, karya Ibnu ‘Utsaimin
– Syarh Al-Wasithiyyah, karya Muhammad Al-Harras
– Syarh An-Nuniyyah, karya Muhammad Al-Harras
– Thariqul Hijratain, karya Ibnul Qayyim,
– dll.

http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=431

Tinggalkan komentar